Aku pernah cemburu pada seseorang yang tak seharusnya.
Aku pernah mencintainya dengan begitu dalam hingga melupakan sakitnya kekecewaan.
Aku pernah merindukannya hingga berharap mendekapku dalam satu gigil pilu.
Iya, begitulah yang selalu aku rasakan.
Kadang hening, sunyi dan kesepian selalu menghampiriku.
Kadang diamku hanya untuk menyelamatkan hati.
Kadang peduliku hanya mengharapkanmu selalu baik-baik saja.
Kadang aku hanya bayanganmu saja.
Ada namun kau abaikan, terlihat namun kau injak.
Kamu, yang dulu aku perjuangkan kini aku berhenti.
Berhenti bukan berarti memutus tali persaudaraan.
Hanya berhenti sejenak karena begitu lelah memerhatikanmu.
Hanya berhenti sejenak karena begitu dalam mencintamu.
Hanya berhenti sejenak karena aku sudah begitu jera.
Hanya berhenti karena sudah terlalu terluka.
Aku berharap semua baik-- baik seperti saat sebelum aku mengenalmu, lalu mengagumimu setelah itu menyukaimu.
Yang aku takutkan adalah saat Tuhan cemburu padaku.
Saat Tuhan merenggutmu dalam pandangan mataku.
Karena aku begitu menyayangimu.
Untuk itu, aku ingin menjauh lari dari kenyataan; bukan keadaan.
Kenyataan yang memaksakanku untuk mulai berhenti.
Iya,
Aku berhenti.
Maka bahagialah dengan bahagia yang selalu aku harapkan.
Terima kasih sudah mengajarkanku banyak hal perihal Mencintai--lalu Luka yang dalam.
Komentar
Posting Komentar