Langsung ke konten utama

Hurt...

                Pagi ini sekujur tubuhku merasa dingin. Apakah karena luka yang tak kunjung ku lekaskan sembuh atau karena rindu yang perlahan-lahan menelusup kedalam jiwa dan raga ini. Aku tenggelam dalam balutan selimut dan tetap saja tak kutemukan kehangatan disana. Luka itu, sungguh membuat aku menjadi kesesakan, membuat aku semakin terluka dan entah kapan akan berhenti. Iya berhenti merasakan luka mendalam ini. Aku memejamkan mata dan tanpa sadar beberapa buliran bening mengalir dari  kelopak mataku. Tuhan, aku mohon jangan pernah ingatkan aku akan kepedihan itu. Aku tak pernah tahu kapan luka ini akan berakhir, kapan kesesakan ini akan berhenti dan kapan aku tak menangisi segala yang sudah terjadi.


                Waktu itu,  dimana kamu dan aku masih terasa asing satu sama lain. Masih belum mengenal diri kita masing-masing. Sampai pada percakapan kita yang pertama kali. Dimana tawa, dan ledekan kekanak-kanakan yang tercipta dengan dengan spontan tanpa berfikir panjang. Aku merasa nyaman bersamamu walau hanya sebatas tulisan-tulisan aneh. Hari terus maju, begitu pula rasa ini yang semakin menjalar kedepan. Aku Mencintai-mu. Begitulah kalimat  sederhana yang sedang aku rasakan serta frasa yang segera ingin dituntaskan. Apakah kamu juga merasakan apa yang aku rasakan(?)

                Sayang, banyak janji dan pengharapan yang sama-sama kita tautkan dan kita ucapkan. Aku senang, dimana kamu berjanji padaku; tidak akan menginggalkan aku untuk selama-lamanya. Tetap bersama aku, dan jadi teman di hidup aku. Pada saat itu, aku menarik senyum bahagia akan tetapi dalam hatiku, Aku menahan sesak. Bukankah itu adalah kebahagian tak ternilai jika seseorang yang mencintai orang lain dan orang lain itu tak akan pergi meninggalkan kita? tapi kenapa aku malah sesak mendengar itu?

                Aku sedih. Aku takut. Aku menderita. Aku terluka. Sadarkah kamu akan itu? Kamu bukan mencintai diriku, tapi kamu mencitai orang lain yang ada dalam diriku. Lalu, untuk apa aku senang saat kamu mengutarakan janji itu? Untuk apa aku takut kehilangan kamu tapi kamu bukan takut kehilangan aku, melainkan kehilangan orang lain yang ada dalam diri aku! Seseorang yang mencintai kamu adalah seseorang yang mencintai diri kamu sendiri bukan kamu yang menjadi diri orang lain—bahkan tak pernah ada. Sampai akhirnya aku ingin memutusakan diri untuk menjauh. Menjauh bukan karena kamu. Tapi karena diri aku yang sudah membohongimu dengan begitu jauh. Aku tak ingin membuatmu kecewa karena selama ini kamu mencintai orang yang tak pernah ada. Aku yang salah. Aku yang memulai. Dan aku juga yang harus mengakhiri semuanya. Maafkan aku~

                               
Dari anak kecil-nya kamu,

Yang selalu sayang jelek-nya aku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

South Korea; Write Your Dream

안녕하세요 여러분 ~ Annyeonghaseyo Yeoreobun~~ Heyri Village - Gyeonggi-do I’M BACK!! ㅋㅋㅋㅋㅋ I want to write again in my blogger.. It’s been a long time, I didn’t write something in my blogger.   Actually, I just want to share my experience and write every moments, situation, and a people who I want to say thankful and always feel grateful. because my blogger is about Remember; so I want to write 영원히 기억을 순간. So, sebenernya mau nulis dari kapan tahu because I don’t have free time to write something or nyusun kata-kata jadi ditunda-tunda sampai sekarang baru nulis lagi. *namanya juga aku* Sebelum lanjut ke tulisan-tulisan yang lebih panjang dan banyak drama, mau share kata-kata dari bukunya Kim Suyoung. Dia salah satu penulis novel korea yang bukunya itu banyak bercerita tentang “ Dream ”. Bisa dibilang orang yang kaya IMPIAN akan tahu dia mau apa dan tahu hal apa yang bakal dia lakuin. And that’s true! 멈추지마 , 다시 꿈부터 써봐 - 김수영 - DON’T STOP, WRITE YOUR

Jarak Antara Mentari dan Senja

Malam ini aku ingin menuliskan kembali perihal kekhawatiran yang tiba tiba datang. Perihal kegelisahan yang menghantuiku. Perihal ketakutan yang menelusup kedalam fikiranku. Kekhawatiran itu datang ketika kita merasa jauh satu sama lain. Kegelisahan menghampiri saat rasa ketakutan menyelimuti. Aku buntu. Aku rindu. Dan Aku takut kehilanganmu. Dahulu kita dekat, bercanda bersama membicarakan tentang asa yang ingin kita raih. Tertawa lepas melepaskan segala beban; melupakan segala kelelahan. Kita berusaha untuk membuat kebahagiaan, melupakan kesedihan, meghilangkan ke khawatiran. Sekarang kita cukup jauh, sebab ada asa yang masing-masing ingin kita capai. Ada perihal lain yang menjadi kewajiban untuk dituntaskan. Sekedar temu pun begitu sulit untuk terjalin. Mungkin ada hari dimana kita benar-benar sangat merindu. Hingga pertemuan membuat kita lupa bahwa kita pernah merindu dengan sangat. Pesanku. Jangan pernah lupa bahwa kita pernah berbagi tawa bersama. Seperti Jarak

Untuk Tuan; yang Menghilang

Aku pernah cemburu pada seseorang yang tak seharusnya. Aku pernah mencintainya dengan begitu dalam hingga melupakan sakitnya kekecewaan. Aku pernah merindukannya hingga berharap mendekapku dalam satu gigil pilu. Iya, begitulah yang selalu aku rasakan. Kadang hening, sunyi dan kesepian selalu menghampiriku. Kadang diamku hanya untuk menyelamatkan hati. Kadang peduliku hanya mengharapkanmu selalu baik-baik saja. Kadang aku hanya bayanganmu saja. Ada namun kau abaikan, terlihat namun kau injak. Kamu, yang dulu aku perjuangkan kini aku berhenti. Berhenti bukan berarti memutus tali persaudaraan. Hanya berhenti sejenak karena begitu lelah memerhatikanmu. Hanya berhenti sejenak karena begitu dalam mencintamu. Hanya berhenti sejenak karena aku sudah begitu jera. Hanya berhenti karena sudah terlalu terluka. Aku berharap semua baik-- baik seperti saat sebelum aku mengenalmu, lalu mengagumimu setelah itu menyukaimu. Yang aku takutkan adalah saat Tuhan cemburu padaku. Saat Tuhan m