Langsung ke konten utama

Perihal Kamu...

     Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku perbuat unuk saat ini. Aku lelah, kasih. Sungguh aku lelah. Sadar kah kamu disana bahwa aku disini selalu kesesakan dalam status yang menyedihkan ini. Kamu dan aku, hanya seseorang yang tak pernah percaya akan cinta, Tak pernah percaya akan kesetiaan, tak pernah percaya sama apa yang pernah terjadi. Kita berkenalan dengan begitu lugu, tanpa sengaja dan tanpa interupsi. Perkenalan yang membuat kita melangkah lebih jauh lagi. Sampai pada akhirnya kita sama-sama mengungkapkan kata “nyaman” entah sejak kapan hal itu tercipta dan terjalin. Semua begitu absurd bahkan aku sama sekali tak bisa mengungkapkan apa-apa lagi. Aku buntu dan aku --- aku menyayangimu. Entah karena apa kita saling berjauhan, tanpa ucap pisah tanpa sepenggal percakapan yang tersisa. Semua kosong – seperti gelas yang tak terisi oleh apapun.

      Ini perihal aku yang tak ingin menyakiti siapapun, biarlah aku yang menanggung semua kesesakan ini. Kamu tahu perihal temanku? Perihal dia yang juga mengaggumi segalanya yang ada diri kamu. Perihal dia yang lebih dahulu mengetahui mu. Dan aku hanya bisa mengalah. Aku ingin menuntut, tapi pada siapa? Pada Tuhan? Pada hati? Pada Cinta? Pada Dia.. aku gak berhak buat nuntut apapun. Karena aku tak pantas! Aku sadar siapa aku dan aku sadar siapa kamu. Kamu hanyalah sosok laki-laki yang selalu aku tuliskan dalam catatan bloggerku, sedangkan aku hanya seseorang yang menulis tentangmu. Kita BEDA. Sungguh beda. Dunia tak pernah berpihak pada kita dan alampun mengetahui itu. Lalu kenapa kita – aku dan kamu masih terus menyanggah semuanya dan kamu seolah berkata bahwa semua akan  baik-baik aja.

         Kemarilah dan genggam jemariku yang semakin menggigil tak karuan ini. Dekap aku akan rindu yang sudah mulai membengkak. Bangunkan aku dan tuntulah aku berjalan lalu bisikanlah ditelingaku bahwa semua akan bahagia dan baik-baik aja.

Perihal kita yang kini sudah menjadi bui.
Perihal rindu yang tak pernah sampai.
Perihal kamu yang terus aku tuliska…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

South Korea; Write Your Dream

안녕하세요 여러분 ~ Annyeonghaseyo Yeoreobun~~ Heyri Village - Gyeonggi-do I’M BACK!! ㅋㅋㅋㅋㅋ I want to write again in my blogger.. It’s been a long time, I didn’t write something in my blogger.   Actually, I just want to share my experience and write every moments, situation, and a people who I want to say thankful and always feel grateful. because my blogger is about Remember; so I want to write 영원히 기억을 순간. So, sebenernya mau nulis dari kapan tahu because I don’t have free time to write something or nyusun kata-kata jadi ditunda-tunda sampai sekarang baru nulis lagi. *namanya juga aku* Sebelum lanjut ke tulisan-tulisan yang lebih panjang dan banyak drama, mau share kata-kata dari bukunya Kim Suyoung. Dia salah satu penulis novel korea yang bukunya itu banyak bercerita tentang “ Dream ”. Bisa dibilang orang yang kaya IMPIAN akan tahu dia mau apa dan tahu hal apa yang bakal dia lakuin. And that’s true! 멈추지마 , 다시 꿈부터 써봐 - 김수영 - DON’T STOP, WRITE YOUR

Jarak Antara Mentari dan Senja

Malam ini aku ingin menuliskan kembali perihal kekhawatiran yang tiba tiba datang. Perihal kegelisahan yang menghantuiku. Perihal ketakutan yang menelusup kedalam fikiranku. Kekhawatiran itu datang ketika kita merasa jauh satu sama lain. Kegelisahan menghampiri saat rasa ketakutan menyelimuti. Aku buntu. Aku rindu. Dan Aku takut kehilanganmu. Dahulu kita dekat, bercanda bersama membicarakan tentang asa yang ingin kita raih. Tertawa lepas melepaskan segala beban; melupakan segala kelelahan. Kita berusaha untuk membuat kebahagiaan, melupakan kesedihan, meghilangkan ke khawatiran. Sekarang kita cukup jauh, sebab ada asa yang masing-masing ingin kita capai. Ada perihal lain yang menjadi kewajiban untuk dituntaskan. Sekedar temu pun begitu sulit untuk terjalin. Mungkin ada hari dimana kita benar-benar sangat merindu. Hingga pertemuan membuat kita lupa bahwa kita pernah merindu dengan sangat. Pesanku. Jangan pernah lupa bahwa kita pernah berbagi tawa bersama. Seperti Jarak

Untuk Tuan; yang Menghilang

Aku pernah cemburu pada seseorang yang tak seharusnya. Aku pernah mencintainya dengan begitu dalam hingga melupakan sakitnya kekecewaan. Aku pernah merindukannya hingga berharap mendekapku dalam satu gigil pilu. Iya, begitulah yang selalu aku rasakan. Kadang hening, sunyi dan kesepian selalu menghampiriku. Kadang diamku hanya untuk menyelamatkan hati. Kadang peduliku hanya mengharapkanmu selalu baik-baik saja. Kadang aku hanya bayanganmu saja. Ada namun kau abaikan, terlihat namun kau injak. Kamu, yang dulu aku perjuangkan kini aku berhenti. Berhenti bukan berarti memutus tali persaudaraan. Hanya berhenti sejenak karena begitu lelah memerhatikanmu. Hanya berhenti sejenak karena begitu dalam mencintamu. Hanya berhenti sejenak karena aku sudah begitu jera. Hanya berhenti karena sudah terlalu terluka. Aku berharap semua baik-- baik seperti saat sebelum aku mengenalmu, lalu mengagumimu setelah itu menyukaimu. Yang aku takutkan adalah saat Tuhan cemburu padaku. Saat Tuhan m